SELAMAT DATANG DI BLOG UKM TAEKWONDO POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG... TRIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA.

About

SELAMAT DATANG DI BLOG RESMI UKM TAEKWONDO POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG (POLTEK).

Jumat, 04 Oktober 2013

PBTI Sukses Gelar Kejuaraan Taekwondo Junior Asia


Pada even usia 15-17 tahun yang digelar di Tennis Indoor Stadium, Senayan, Jakarta, pada 20-23 Juni 2013 itu, Korea Selatan (Korsel) menyapu 12 emas dan satu perak dari 20 kelas Kyorugi (pertarungan) yang dipertandingkan.
Kualitas taekwondoin asal Negeri Ginseng masih terlalu tangguh jika dibandingkan dengan kontingen lain dari 12 negara Asia serta satu kontingen ATU (Asian Taekwondo Union). Tiga medali emas direbut Korsel pada hari kedua dan ketiga, sementara setengah lusin sisanya direbut pada hari terakhir, yang mempertandingkan tujuh kelas Kyorugi.
Iran berhasil menduduki peringkat kedua di kelas Kyorugi dengan menyabet tiga emas, lima perak dan empat perunggu. Di tempat ketiga ada Cina Taipei dengan satu emas, empat perak dan sembilan perunggu.
Yordania berada di tempat keempat dengan satu emas, tiga perak dan empat perunggu. Cina melengkapi lima besar dengan raihan total satu emas dua perak dan empat perunggu. Adapun Indonesia harus puas berada di tempat kesepuluh dengan satu perunggu.
Medali tunggal Indonesia dipersembahkan Dinggo Ardian yang turun di kelas -63kg Kyorugi putra. Dinggo menyingkirkan Aref Hagh Niaz (Iran) pada putaran pertama dan Tabyldiyev Amantur (Kazakstan) di putaran kedua.
Sayang, di semifinal langkah Dinggo dihentikan wakil Yordania, Anas Aloransi, dengan skor 3-14.
Sementara itu, dari kategori Poomsae (pertunjukan jurus), Iran menyabet empat medali emas dari lima kategori sementara satu emas diamankan Korea Selatan. Di kategori ini, taekwondoin Tanah Air bisa meraih empat medali perunggu.

Medali bukan tolok ukur PBTI

Sementara itu, ketua umum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Letjen TNI Marciano Norman mengaku puas bisa menyelenggarakan kejuaraan taekwondo internasional di Indonesia untuk pertamakalinya. Ia juga mengacungkan jempol untuk para atlet muda Tanah Air.
“Mereka ini adalah atlet-atlet junior dengan masa depan yang masih panjang. (Kejuaraan) ini menjadi langkah bagus bagi PBTI untuk mengevaluasi apa yang harus dilakukan agar bisa berprestasi seperti Iran ataupun Korea Selatan,” kata Marciano usai penutupan di Tennis Indoor Stadium, Minggu (23/6/13).
“PBTI akan bekerja lebih keras dan mencari atlet-atlet junior lain untuk bisa masuk Timnas dan dibina. Pembinaan atlet yang baik akan menghasilkan tim senior yang kuat. Ingat, target kami adalah Olimpiade 2016, bukan dalam waktu dekat,” ia menambahkan.
Lewat turnamen ini, PBTI mendapat gambaran peta persaingan Taekwondo di masa mendatang. Sejauh ini, Indonesia masih bisa bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Filipina maupun Vietnam. “Tetapi di Asia ada Iran dan Korea Selatan yang bedanya cukup jauh,” kata Marciano.
Dari evaluasi awal, Marciano melihat atlet Indonesia sudah punya bekal teknik yang cukup namun kurang dalam mental bertanding. Hal ini disebabkan minimnya kesempatan para taekwondoin junior Indonesia untuk mengikuti turnamen. “Mereka ini harus sering kita tampilkan agar siap dan punya mental yang kuat. Di dalam negeri, kejuaraan junior harus kita tata,” ujarnya.
Ketua umum juga melakukan evaluasi dari segi tim pelatih. PBTI pun berencana menambah jumlah pelatih tanpa melakukan pergantian. PBTI juga menyiapkan pelatihan jangka panjang yang diimbangi dengan pendidikan formal.
“Karena itu, kami minta dukungan orang tua maupun pengurus tingkat provinsi untuk mencari atlet berbakat. Saya puas dari sisi penyelenggaraan, tetapi belum dari sisi prestasi,” Marciano Norman mengakhiri.
Optimisme juga didengungkan pelatih tim nasional Indonesia, Rahmi Kurnia, soal kualitas bibit-bibit taekwondoin Indonesia.
“Dilihat dari jalannya pertandingan, skil anak-anak sudah bagus. Masalahnya cuma dalam penerapan strategi dan mental bertanding saja. Ini sangat wajar, mengingat pengalaman tanding mereka di event internasional belum begitu banyak,” ujar Rahmi.
“Skill atlet peserta sudah merata dan pengalaman tanding atlet dari beberapa negara seperti Korea, Iran dan China Taipei memang lebih unggul. Tapi itu merupakan tantangan dan peluang bagi kita bila ingin taekwondo nasional dapat kembali ke zaman keemasan seperti dulu,” peraih medali perak Olimpiade 1992 itu mengakhiri. (sumber : inilah.com)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More